TASIKMALAYA - Kabupaten Tasikmalaya sebagai salah satu sentra peternakan di Provinsi
Jawa Barat mempunyai komoditas strategis yang meliputi ternak sapi potong, kerbau, kambing,
domba dan unggas. Hasil dari penelitian IPB menyebutkan bahwa permasalahan
pengembangan ternak ruminansia di Kabupaten Tasikmalaya adalah belum optimalnya
pemanfaatan potensi wilayah, daya dukung lahan, dan sumber daya pakan secara terintegrasi
dengan lokasi basis produksi ternak. Dengan total warga prasejahtera di Tasikmalaya sebanyak
159.930 jiwa dan pendapatan warga mereka rata-rata hanya sebesar Rp300.000,00/bulan.
Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak pada hilangnya lokasi-lokasi produksi peternakan
akibat degradasi lahan dan alih fungsi lahan. Menjawab kondisi tersebut, Global Wakaf-ACT
meresmikan program unggulan Lumbung Ternak Wakaf (LTW) di Desa Cintabodas, Kecamatan
Culamega, Kabupaten Tasikmalaya.
Ahyudin selaku Ketua Dewan Pembina ACT menyatakan, ternak memiliki nilai strategis bagi
kehidupan masyarakat Indonesia. “Dari sisi sosial, tradisi kultural, acara keagamaan, dan
ekonomi, ternak memegang peranan penting. Secara kultural, pemeliharaan ternak masih
dianggap sebagai kegiatan sampingan dan hasilnya pun hanya dianggap sebagai tambahan
atau tabungan pada saat ada keperluan yang besar. Dengan edukasi pengelolaan ternak yang
lebih profesional, ternak memiliki peranan penting bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat
dan pemenuhan kebutuhan pangan. Program LTW bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan peternak melalui sistem agrobisnis peternakan berbasis wakaf menuju
kedaulatan pangan nasional,” ungkapnya.
Program Lumbung Ternak Wakaf menggunakan model filantropi baru melalui wakaf sebagai
investasi produktif yang hasilnya terus berputar. Hasil pengelolaan aset wakaf digunakan untuk
membangun dan mengembangkan kesejahteraan peternak agar lebih produktif dan mandiri.
Fokus penggunaan Lumbung Ternak Wakaf terdiri dari beberapa fungsi. Pertama, sebagai
pusat pembibitan ternak domba yang akan menghasilkan bibit-bibit domba unggulan. Kedua,
sebagai pusat penggemukan domba yang akan menghasilkan domba unggul siap potong.
Ketiga, sebagai pusat edukasi wisata wakaf dan farm training yang memberikan gambaran
menarik tentang konsep wakaf produktif dan juga edukasi terkait konsep Good Management
Practice (GMP) bagi masyarakat untuk berkunjung mulai dari siswa, mahasiswa, peternak, pengusaha, donator, pewakif, Lembaga Pendidikan (PT), dan lain sebagainya.
Wahyu Novyan selaku Direktur Program ACT menjelaskan, Lumbung Ternak Wakaf
menerapkan sistem peternakan yang terintegrasi yang berdampak pada pemberdayaan warga
secara signifikan. “Sebelumnya para peternak yang terlibat di LTW adalah masyarakat yang
tidak memiliki pekerjaan dan pendapatan tetap. Banyak yang bekerja serabutan dengan
penghasilan sekitar Rp500.000,00/bulan.
Ada juga yang kurang dari itu dan pendapatannya
tidak tentu setiap bulan. Banyak yang harus pergi merantau ke kota untuk dapat menghasilkan
uang. Setelah menjadi mitra di LTW, mereka bisa bergabung sebagai karyawan (tetap atau
harian) dan mendapatkan pendapatan tetap jauh diatas rata-rata UMR Kabupaten Tasikmalaya.
Para peternak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, dan menyekolahkan
anak-anaknya hingga perguruan tinggi,” jelas Wahyu.
Hingga kini, perkembangan lahan kandang dan lahan odot di LTW Tasikmalaya mencapai 22
hektare. Lahan ini menampung kapasitas domba breeding 5.000 ekor dan fattening 4.500 ekor.
Sementara total peternak di Tasikmalaya yang diberdayakan sebanyak 124 orang dan terus
bertambah.
Muhamad Supriyadi selaku Manajer Lumbung Ternak Wakaf menambahkan tidak hanya
pemberdayaan secara ekonomi, namun pemberdayaan secara pendidikan dan spiritualitas diberikan kepada semua peternak dan masyarakat sekitar LTW. “Mak Oyon misalnya. Beliau salah satu penerima manfaat dari program ini sekaligus warga penyintas bencana banjir
bandang dan tanah longsor Tasikmalaya 1 tahun silam. Beliau dan 7 KK lainnya saat ini masih
bertahan menempati hunian sementara di Desa Bojongsari, Kecamatan Culamega.
Lokasi hunian tidak jauh dari LTW, warga hunian di sini menjadi pekerja harian lepas untuk mengurus lahan odot LTW. Kegiatan pengajian rutin pun diadakan untuk karyawan dan masyarakat umum hingga fasilitas kegiatan kursus Bahasa Inggris gratis diadakan,” imbuh Supriyadi.
Pada acara tersebut, Global Wakaf-ACT turut mendistribusikan bantuan 10 ton beras kepada
1.400 penerima manfaat. Bantuan beras berkualitas ini disuplai langsung dari Lumbung Beras Wakaf binaan Global Wakaf-ACT.
Hingga kini, Indonesia berada pada peringkat 73 di dunia dengan tingkat kelaparan kategori
serius, 12,5 juta hidup dalam kemiskinan kategori ekstrim dan 62,2% penduduk miskin tinggal di
pedesaan. Pada tahun 2019 jumlah kurban dari LTW Tasikmalaya sebanyak 1.200 ekor,
dengan target 2020 sebanyak 5.000 ekor yang bersumber dari anakan breeding di LTW
Tasikmalaya. Harapannya, melalui LTW kebutuhan pangan dapat terpenuhi dan gap
kesenjangan ekonomi masyarakat Indonesia semakin kecil melalui pemberdayaan
perekonomian yang terintegrasi.
Posting Komentar